google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
oleh

Terapkan Lingkungan Positif, Banyak Lomba di Jemaat GMIT Oemathonis Bonatama untuk Kembangkan Kepemimpinan Anak dan Remaja

Selepas kebaktian pada Minggu (29/01/2023) siang tadi, saya ditemani 2 personil Panitia Pelaksana Hari Raya Gerejawi (HRG) di Jemaat GMIT Oemathonis Bonatama, Desa Poto, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang telah menyampaikan laporan pertanggungjawaban  (LPJ) pelaksanaan berbagai kegiatan dalam perayaan Natal tahun 2022 pada 22 hingga 25 Desember 2022 lalu.

Sudah beberapa kali perayaan natal, saya bersama teman-teman panitia HRG menggelar banyak lomba bagi anak-anak dan remaja yang masih rutin mengikuti sekolah minggu (disebut PAR). Ada juga mata lomba untuk pemuda dan dewasa.

Dalam perayaan natal tahun 2022, ada 7 mata lomba yang digelar untuk memberi panggung ekspresi bagi anak-anak dan remaja serta pemuda dan dewasa. Yakni; Lomba menyanyi solo PAR, lomba menyanyi solo pemuda, lomba menyanyi Vocal Group (VG) PAR, VG pemuda, lomba berkhotbah bagi pemuda, lomba cerita Alkitab bagi PAR, dan lomba Cerdas Cermat Alkitab (CCA) bagi PAR. Sebenarnya, juga ada kegiatan menggambar dan mewarnai gambar bagi PAR, tetapi tidak dilombakan. Meski tidak dilombakan, seluruh peserta kegiatan menggambar dan mewarnai gambar mendapat hadiah buku tulis dan sejumlah hadiah hiburan dari beberapa donatur. Hadiah yang menarik bagi mereka.

Untuk mendukung penyelenggaraan berbagai lomba tersebut, tiap Kepala Keluarga (KK) di Jemaat Oemathonis Bonatama memberi kontribusi sebesar Rp.10 ribu. Ada Rp.815 ribu yang terkumpul dari 70 lebih KK yang ada. Beberapa KK memang memberi kontribusi lebih. Masing-masing dari 4 rayon jemaat yang ada juga menyumbang pisang untuk diolah menjadi snack yang dikonsumsi peserta lomba dan jemaat selama beberapa malam saat kegiatan berlangsung. Pihak majelis jemaat ikut menyumbang kopi, teh, dan gula untuk minum. Juga sirih pinang. Karena sumber daya untuk menggelar kegiatan diperoleh dari kontribusi jemaat, mesti ada pertanggungjawaban dan evaluasi. Biar jemaat selalu percaya dan terus mendukung untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan semacam di waktu-waktu mendatang.

Urunan untuk mendukung kegiatan perayaan natal di Jemaat Oemathonis Bonatama memang sudah berlangsung selama ini. Sebelum kampung kami dialiri listrik pada pertengahan 2022, selalu ada anggota jemaat yang meminjamkan generator listriknya untuk dipakai selama kegiatan perayaan natal. Ada anggota jemaat yang meminjamkan pengeras suara (speaker) dan mic. 2 tahun terakhir, alat musik keyboard dipinjam dari SMAN 2 Fatuleu Barat, tempat saya mengajar. Infokus kami pinjam dari SMAN 2 Fatuleu Barat, juga dari kantor Desa Poto. Nonton bareng film-film bertema pendidikan selalu dilakukan selepas mata lomba tertentu selesai dilaksanakan.

Baca Juga  Praktik "kawin tangkap" dan Budaya patriarki

Beberapa tahun terakhir ini, perayaan natal di Jemaat Oemathonis Bonatama selalu berlangsung sederhana. Tetapi meriahnya luar biasa. Selalu ada banyak mata lomba yang digelar. Bersama seluruh anggota jemaat, kami sudah sepakati, perayaan natal bukan pesta yang mesti diwarnai dengan acara ‘makan besar’ seperti kebiasaan sebelum-sebelumnya.

“Lebih baik kalau ada uang, kita bikin sebanyak mungkin lomba untuk mendukung anak-anak dan remaja agar berekspresi dan mengembangkan diri, dari pada kita bikin pesta yang kadang-kadang selain merepotkan, juga menyisakan dinamika dan konflik dari urusan dapur yang malah membuat adanya kehilangan kasih di antara kita, dan ini jelas bertentangan dengan semangat natal yang kita rayakan.” Saya ingat, begitu kira-kira yang kami sampaikan pada jemaat dalam diskusi persiapan perayaan natal beberapa tahun lalu.

Tawaran kami diterima saat itu. Sudah sejak tahun 2017, setiap KK dalam jemaat hanya dibebani Rp.10 ribu untuk mendukung kegiatan perayaan natal. Tidak ada lagi acara ‘makan besar’ yang mengharuskan jemaat memberi kontribusi yang relatif besar untuk ukuran kemampuan ekonomi jemaat di kampung kami. Pun 2 kali perayaan natal, sekira tahun 2018 dan 2019, ketika salah satu anggota DPRD Provinsi NTT memberi sumbangan jutaan rupiah. Seluruhnya dimanfaatkan hanya untuk kepentingan lomba saat itu.

Jemaat senang karena relatif tak terbebani. Juga senang karena acara natal berlangsung sederhana, tetapi ramai dan meriah. Anak-anak dan remaja serta pemuda yang terlibat sebagai peserta lomba juga senang meski hadiahnya tak seberapa.

Dalam perayaan natal tahun 2022, semua uang sejumlah Rp.815 ribu dipakai seluruhnya untuk hadiah bagi para juara dari 7 mata lomba. Hadiah terbesar hanya Rp.75 ribu untuk juara I pada mata lomba VG. Meski begitu, peserta tetap senang.

Baca Juga  Kepala Terbentur Saat Cari Kepiting

Sebelum lomba dilaksanakan, dalam diskusi-diskusi persiapan, para peserta lomba dan orang tuanya memang sudah tahu hadiah yang diperoleh tidak seberapa. Meski begitu, mereka mempersiapkan diri dengan baik untuk mengikuti lomba. Bahkan ada yang mengenakan busana yang khusus dan seragam. Panitia juga mewajibkan peserta untuk mengenakan selimut atau sarung saat mengikuti lomba.

Seperti yang saya amati, para peserta mengikuti lomba bukan karena hadiahnya. Mereka ikut karena ingin mengembangkan diri. Orang tua mereka sangat mendukung. Ada sejumlah orang tua yang mengakui, anak-anak mereka jadi makin percaya diri setelah beberapa tahun mengikuti kegiatan di gereja. Bahkan sesuai yang saya ketahui, ada anak yang sebelumnya memiliki rasa malu yang berlebihan, kini mulai ceria dan percaya diri saat bersama dengan kelompok teman sebayanya.

Memang dalam setiap rapat dan diskusi persiapan natal bersama jemaat selepas kebaktian minggu, kami selalu menekankan pentingnya lingkungan yang positif dalam mendukung anak-anak untuk mengembangkan diri. Kami memiliki kesepakatan, setiap peserta yang tampil akan selalu mendapatkan aplaus meriah dari saat melangkah menuju arena acara hingga kembali ke tempat duduknya. Bahkan ketika ada peserta yang salah, atau bahkan tidak bisa menyelesaikan penampilannya karena gugup, hanya tepuk tangan meriah dan pujian yang mesti diterima.

Di tahun-tahun awal, peserta yang gugup dan tidak bisa memulai terus disoraki dengan ucapan-ucapan positif dan tepuk tangan serta dorongan untuk tampil hingga selesai. Kami sepakat untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi anak-anak dan remaja dalam berekspresi dan mengembangkan diri. Panitia HRG berulangkali mewanti-wanti para orang tua agar tidak mencemooh anak-anak mereka di rumah jika penampilannya buruk dan tidak sesuai harapan. Sebab di tahun-tahun awal, kami dapati ada sejumlah orang tua yang melarang anaknya ikut sebagai peserta lomba karena merasa anak-anaknya hanya akan bikin malu jika tampil buruk.

Kini, setahu saya dan teman-teman panitia, tidak ada lagi cerita seperti itu. Ada salah satu peserta lomba menyanyi solo yang tahun 2021 lalu menyanyi dengan sangat buruk dan suaranya sungguh tidak enak didengar, tetapi masih ikut dalam mata lomba yang sama pada perayaan natal tahun 2022. Meski kualitas menyanyinya masih buruk, tangan dan badannya sudah tidak gemetaran seperti saat tampil tahun 2021. Mata saya sempat berkaca setelah peserta tersebut selesai menyanyi. Bukan karena suaranya. Saya terharu karena, ternyata orang tuanya tidak merasa malu setelah menyaksikan penampilannya pada tahun 2021. Orang tuanya masih mau mendandaninya dan mendorongnya untuk tampil lagi di tahun 2022.

Baca Juga  GMKI Kefamenanu Nilai Isi Surat Pemberitahuan Unimor tidak Logis

Dalam pelaksanaan berbagai lomba untuk perayaan natal tahun 2022, sejumlah remaja SMA dilibatkan untuk memandu seluruh acara perlombaan. Sama seperti peserta lomba, mereka juga diberi jaminan untuk merasa aman dan nyaman sepanjang memandu kegiatan. Tidak ada yang lucu atau tertawa jika salah kata ataupun kikuk dan gemetaran saat memandu acara. Setelah diberi kursus singkat, mereka ternyata percaya diri ketika tampil. Hampir seluruh acara perlombaan dipandu oleh mereka. Hanya juri yang berasal dari sejumlah guru dan orang tua termasuk ibu pendeta. Biar lebih objektiv. Begitu alasan panitia.

Sepanjang diskusi bersama jemaat dalam pelaksanaan kegiatan natal tahun 2022, selain soal pentingnya budaya dan lingkungan positif, beberapa kali kami juga menyinggung soal kepemimpinan anak dan remaja di rumah. Disesuaikan dengan bahasa dan penjelasan yang bisa diterima oleh jemaat, saya coba menyampaikan konsep soal kepemimpinan anak-anak dan remaja yang saya dapatkan saat mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 4 sejak 2021 hingga 2022. Kami percaya, meski sederhana, berbagai mata lomba yang digelar dalam lingkungan yang sarat emosi positif memiliki dampak besar bagi pengembangan kepemimpinan anak-anak dan remaja.  Dalam beberapa kesempatan, mama pendeta di jemaat kami dalam suara gembalanya juga menyinggung hal yang sama.

Siang tadi, dalam evaluasi kegiatan, kami kembali menekankan pentingnya dukungan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang sarat emosi positif bagi anak-anak. Orang tua mesti menciptakan lingkungan yang selalu menjamin rasa aman dan nyaman bagi anak-anak dan remaja dalam berekspresi. Begitu juga di gereja, dalam setiap kegiatan perayaan hari raya gerejawi yang melibatkan anak dan remaja. Kami sepakat begitu.

Komentar

News Feed