google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
oleh

Pengalaman BDR di SMAN 2 Amfoang Timur

Pengalaman BDR di SMAN 2 Amfoang Timur

Oleh: Falen Ottu, Siswa Kelas XI SMAN 2 Amfoang Timur (tanpa diedit).

Falen Ottu (penulis).

Dalam menghadapi pademi covid-19 ini, semua aktivitas dibatasi. Salah satunya adalah sekolah. Ada sebuah virus yang sangat berbahaya, Virus ini bernama corona virus disease atau yang lasim kita sebut Covid-19.

Virus ini menular dari seorang kepada orang lain. Akibat dari proses penyebarannya yang berbahaya ini pemerintah menganjurkan kita semua untuk belajar dan bekerja di rumah saja.

Sekolah kami pun melaksanakan sistem belajar dari rumah (BDR) secara online. Dalam proses BDR online ini, harus membutuhkan kualitas jaringan yang bagus dan juga harus memiliki Handphone Android untuk mendukung proses belajar dari rumah yang efektif.

Pada hari pertama kami melaksanakan proses BDR di pinggir Pantai Leomanu, akan tetapi kualitas jaringannya tidak memungkinkan karena banyak sekali pengguna jaringan. Kami absen saja hampir memakan waktu 1 jam untuk proses pengiriman foto kami.

Baca Juga  Tiga Ikan Lele | Tulisan Pelajar

Setelah selesai absen, batrei lagi yang tidak mendukung sehingga tugas-tugas dan materi-materi pembelajaran tak sempat kami download. Maklumlah sesuai dengan keadaan penerangan atau listrik yang tidak mendukung, yang hanya dinyalakan pada malam hari mulai dari pukul 18:00 Wita sore sampai Pukul 06:00 wita Pagi. Sedangkan siang hari tidak dinyalakan oleh PLN, kecuali ada hari libur (termasuk hari minggu) baru dinyalakan siang hari, itupun hanya sampai pukul 12 :00 wita.

BDR hari pertama kami, membuat kami patah semangat dan tak ingin lagi belajar dari rumah secara online.

Tanpa mengurangi rasa semangat kami, saya dan teman-teman yang bernama, Trini, Bilha, dan Yundi berinisiatif untuk mencari tempat yang memiliki kualitas jaringan yang bagus pada hari yang kedua.

Baca Juga  Tahun Baru | Puisi Zhindi Klali

Pada akhirnya kami menemukan suatu tempat diatas bukit dekat SMPN 2 Amfoang Utara Desa Bakuin yang mendapat jaringan internet dari Naikliu, yang pada akhirnya kami pun menjadikan tempat itu sebagai tempat untuk melakukan proses KBM atau Belajar dari rumah.

Walau terik matahari yang begitu panas dan keringat yang membasahi sekuyur tubuh kami, melewati semak belukar yang begitu banyak dan begitu dalamnya jurang yang kami lewati dan tebing yang tinggi, tidak mengurangi rasa semangat kami untuk mau belajar.

Walaupun tubuh terasa lelah, tetapi kami bahagia karena bisa mengikuti proses pembelajaran, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, meskipun hanya beberapa mata pelajaran saja, dan juga meng-absen kehadiran kami.

Diatas bukit itu kami belajar, akan tetapi ada satu hal yang membuat kami merasa tidak nyaman yaitu tempat untuk berlindung, semua pepohonan daun-daunnya gugur karena sedang dalam musim pengguguran atau penguapan, teriknya matahari yang sangat panas kami tidak dapat berteduh dibawah pepohonan.

Baca Juga  Warisan Terakhir Ayah

Tetapi itu semua tidak menjadi hambatan bagi kami untuk berhenti untuk mau belajar. Sebab kami tahu bahwa dalam suatu proses perjuangan harus ada yang namanya rintangan atau hambatan karna tanpa rintangan dan hambatan perjuangan itu tidak sempurna.

Akhirnya kami melakukan BDR diatas bukit itu sampai kami masuk sekolah kembali.

Harapan saya bagi semua pelajar, janganlah mengeluh dan menyerah dalam melewati suatu rintangan dalam belajar, karena kata Ibu R.A. Kartini dengan semboyannya “Habis Gelap, Terbitlah Terang”.

Dalam suatu proses, pasti ada saja halang rintangan tetapi pakailah halang rintangan itu sebagai suatu pembelajaran maka kamu akan memetik hasilnya kelak saat kamu berhasil.

Komentar

News Feed