Merindukan Kehadiran Ibu
Oleh: Trini Henukh, pelajar kelas XI SMAN 2 Amfoang Timur.

Di waktu senja, ketika mentari terbenam di ufuk barat dengan warna jingga tua yang begitu indah dipandang, aku termenung sambil menatap perginya senja. Dalam bayang-bayangku terlukis sosok seorang wanita yang begitu tangguh, berharga dimataku.
Dia adalah ibuku, diwaktu aku berumur 2 tahun Ia pergi meninggalkan kami semua. Di waktu aku belum mengerti apa-apa. Di waktu aku belum mengerti apa artinya kehilangan.
Saat aku mulai beranjak remaja, barulah aku mengerti artinya kehilangan. Hidup tanpa seorang ibu bagaikan mentari yang tidak pernah datang memberikan harapan baru. Bagaikan senja yang pergi dengan menyisihkan berjuta rindu.
Aku merindukan kasih sayang dari seorang ibu.
Ibu dimanakah dirimu sekarang, aku ingin hadirmu disini, ketika aku aku sendiri ditemani rindu. Rindu yang begitu menyiksa diriku. Hari-hariku berlalu tanpa kasih sayangmu ibu.
Aku sering melihat teman-temanku yang masih memiliki ibu. Aku juga kadang merasa cemburu dengan mereka, karena mereka masih bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Tapi mau bagaimana, mungkin inilah takdirku, takdir hidup tanpa cinta ibu disaat remajaku.
Aku hanya mau beri saran kepada kalian semua agar tetap mencintai, menyayangi dan menghargai ibu kalian selagi masih ada bersama kalian. Sebab jika dia pergi maka kamu hanya bisa menangis dan merindukan bayang-bayangnya, dan jika kalian punya salah pada ibu kalian, maka minta maaflah padanya sekarang.
Komentar