google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
oleh

Melkis Oematan, Pengawas Sekolah yang Panen Belasan Juta dari Kebun Kecilnya

Bagi kebanyakan orang, terutama yang menjadikan pertanian sebagai sektor utama untuk mendapatkan penghasilan, yang namanya kebun mesti berada pada lahan yang relatif luas. Lahan berukuran 20 m x 20 m sepertinya dirasa tidak cocok untuk dijadikan sebagai kebun. Apalagi jika didukung tak optimalnya usaha untuk mengolah lahan sehingga relatif tidak menghasilkan apapun yang memberi keuntungan besar saat dijual, kebanyakan orang tidak akan berpikir untuk berkebun di lahan yang ukurannya tidak lebih besar dari ukuran tersebut.

Sesuai pengalaman penulis, banyak yang memiliki kebun atau area pertanian yang luasnya lebih dari 1 hektar tetapi hasil panennya relatif tak banyak sehingga bagi mereka, sangat berlebihan jika mengharapkan keuntungan pertanian dari hasil tanah seluas 400 meter persegi. Tak heran, banyak orang biasanya tidak terlalu mengharapkan keuntungan apapun dari keberadaan halaman rumahnya yang rata-rata berukuran begitu. Tanah kosong di pekarangan dibiarkan begitu saja, atau sekedar ditanami tetapi tidak serius diolah sehingga tidak terlalu memberikan keuntungan.

Ternyata, ini tidak berlaku bagi Melkis Oematan, salah satu Pengawas Pembina SMA di Kabupaten Kupang. Memanfaatkan waktu senggangnya selepas berkantor atau mengunjungi sekolah binaannya, lahan berukuran 20 m x 20 m di belakang rumahnya disulap olehnya menjadi kebun yang ternyata sudah memberi keuntungan belasan juta rupiah sejak mulai serius digarap dari tahun 2016.

Melkis Oematan berada di dalam area kebun kecil di belakang rumahnya.

Penulis berkesempatan menyambangi kebun kecilnya pada Minggu (24/01/2021) pagi. Disambut rimbunan tanaman berbagai jenis, hijau dan menarik adalah kesan pertama yang menggoda. Keberadaan tanaman yang subur dan menghijau benar-benar memanjakan mata. Perasaan juga begitu. Siapapun, pasti mau berlama-lama dalam kebun kecil yang sejuk itu.

Ada puluhan pohon pepaya dalam kebun kecilnya. Sebagian besar sementara berbuah, yang lainnya beranjak menjadi besar menggantikan pohon pepaya sebelumnya yang sudah mati setelah memberi buah matang yang enak dan bervitamin, bunga pepaya yang enak jika ditumis bersama daun singkong atau kangkung, dan tentu saja uang dari hasil penjualan buahnya. Di beberapa bagian kebun, ditempatkan puluhan anakan pepaya yang kelihatannya disemai dengan cara yang baik layaknya petani professional. Oematan memang memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan soal pertanian. Sedari kecil, Dia sudah terbiasa terlibat dalam aktifitas bertanam bersama sang bapak yang adalah seorang mantri pertanian di Kabupaten Kupang.

Baca Juga  Ina Bunga, Gadis Pantai yang Mengayuh Cinta di Amfoang
Pepaya yang ada dalam kebunnya berbuah lebat.

Oematan bercerita, sejak tahun 2017, sudah belasan juta rupiah yang diperolehnya dari hasil penjualan buah pepaya yang dipanen dari kebun kecilnya. Oematan mengaku, sering menggunakan media sosial facebook untuk memasarkan pepaya matang hasil dari kebunnya.

“Biasanya saya juga bawa buah pepaya matang untuk kawan-kawan di kantor, sementara sebagian besarnya saya juga jual di lapak yang ada di depan rumah.” cerita Oematan. Di depan rumahnya yang terletak di kawasan Matani memang dibuat lapak yang biasanya digunakan untuk memajang hasil kebun yang akan dijual.

Bahkan, cerita Oematan, sebelum kebunnya memiliki hasil untuk dijual, ketika bepergian ke kampung atau saat mengunjungi sekolah binaannya di pelosok, dirinya sering membeli pepaya dan buah lain untuk dijual kembali. Kebiasaannya membeli pepaya saat bepergian ke kampung itulah yang memantik niatnya untuk membudidayakan pepaya di kebun kecilnya saat ini.

Sebelum dipenuhi pepaya dan tanaman lain, sayur putih dan jenis sayur yang lain juga dibudidayakan olehnya. Saat itu, bedeng-bedeng berisi sayuran juga dibuat Oematan di halaman samping rumahnya yang luasnya tidak seberapa, bersisisan dengan sejumlah pohon mangga yang sudah ditanami lebih dulu.

Seperti yang dilihat Suara Amfoang, di halaman samping dan depan rumahnya saat ini, diluar dari area kebun seluas 400 meter persegi itu, terdapat beberapa pohon mangga jenis unggulan berusia belasan tahun yang biasanya disarati buah ketika musim berbuah. Penulis memang pernah melihat betapa saratnya buah pada beberapa pohon mangga yang ada di samping dan depan rumahnya ketika bertandang beberapa waktu lalu.

Baca Juga  Cintamu Bersemi di Bukit Batu dan Padang Sabana Lelogama

Tidak kebetulan jika berbagai jenis tanamannya itu sarat dengan buah. Saat berdiskusi dengannya di dalam rimbunan tanaman yang berada di kebun kecilnya, Oematan berbagi pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat perangsang buah dengan campuran bahan organik tertentu yang difermentasi secara anaerob. Ketika tanamannya sudah mendekati musim untuk berbuah, cerita Oematan, cairan organik perangsang buah yang sudah dibuat olehnya itu akan disemprotkan merata ke seluruh daun tanaman. Dengan begitu, sesuai pengalamannya, pohon akan sarat saat berbuah. Buahnya juga berukuran besar.

Tentu, Oematan tidak hanya mengandalkan cairan organik perangsang buah untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Sejak membibitkan tanaman, sudah ada perlakuan tertentu yang diterapkan olehnya sehingga anakan tanaman yang ditanam adalah anakan yang baik. Oematan juga membudidayakan tanaman tertentu dengan cara yang tidak biasa. Seperti yang penulis lihat, hampir seratusan rumpun sirih unggulan memenuhi sekeliling bentang tembok pagar kebunnya. Ditanam dan merambati tembok pagar. Yang lainnya ditanam dan merambati susunan kulit papan yang dibentuk seperti pagar. Di kampung-kampung, para petani biasanya menanam sirih di bawah pohon hidup yang besar.

Rumpun tanaman sirih ditanam dan merambat pada tembok pagar.

Hampir seratusan rumpun tanaman sirih yang subur itu sudah mulai memasuki usia untuk berbuah. Tidak berlebihan jika Oematan juga mengharapkan keuntungan dari hasil tanaman sirih. Tanaman sirih biasanya berbuah sepanjang tahun. Harga buah sirih di pasaran biasanya relatif tinggi pada saat-saat tertentu. 3 buah sirih seukuran jari kelingking orang dewasa biasanya dibayar dengan harga 5 ribu rupiah. Daun sirih juga punya nilai uang. Selain untuk jamu, juga bisa dikunyah bersama pinang dan kapur sebagai pengganti buah sirih.

Ada 80 lebih rumpun tanaman sirih yang ditanam di dalam kebun kecilnya.

Selain Mangga, Pepaya, dan Sirih, kebun kecil milik Oematan juga disarati jenis tanaman lainnya. Ada puluhan rumpun sereh putih yang biasanya dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan juga sereh merah yang biasanya dimanfaatkan sebagai ramuan obat kampung dan jamu. Ada beberapa pohon rambutan, pohon ara, dan juga ada belasan pohon jeruk jenis unggulan yang tidak memiliki biji dalam daging buahnya. Beberapa rumpun pohon pisang yang rimbun juga ada dalam kebun kecilnya.

Baca Juga  Peluncuran Museum Digital Ammu Hawu, Ada Diskusi Pegiat Budaya Sabu Raijua
Puluhan rumpun sereh merah dan sereh putih tumbuh subur di antara tanaman lainnya.

Tidak hanya berisi tanaman, Oematan juga memelihara ternak babi dan ayam kampung di dalam kebun kecilnya. Puluhan ekor ayam kampung yang memenuhi kandang di sudut kebun kecilnya didapat Oematan dari kampung ketika mengunjungi sekolah binaannya yang kebanyakan berada di pelosok Kabupaten Kupang.

Kandang berisi puluhan ekor ayam kampung di sudut kebun.

Sementara di dalam kandang kecil yang berada di tengah kebun, ada 3 ekor babi yang sementara digemukkan untuk dijual saat ini.

kandang babi di tengah kebun untuk menggemukkan babi sebelum dijual.

“Saya selalu beli anakan babi 3 ekor sesuai ukuran kandang yang ada, lalu saya gemukkan beberapa waktu baru dijual kembali. Keuntungannya lumayan.” cerita Oematan.

Memang lumayan keuntungan yang didapat oleh Oematan dari hasil yang berada dalam kebun kecilnya. Berdiskusi dengannya, penulis diyakinkan bahwa untuk mendapatkan hasil yang lumayan dari usaha bertani atau berkebun, tidak hanya dibutuhkan kerja otot yang keras. Pengetahuan dan pemahaman yang baik untuk mengurus tanaman dengan baik sejak dari proses pembibitan juga harus dimiliki. Artinya, yang lekat dengan aktifitas bertanam atau berkebun juga mesti belajar. Dengan begitu, lahan yang tersedia bisa dimanfaatkan dengan baik.

Dengan pengetahuan yang baik untuk melengkapi keuletan kerja otot, lahan yang tersedia dapat memberikan keuntungan yang lumayan. Jadi, jika mencintai aktifitas bertanam atau bertani juga harus belajar untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara mengurus tanaman. Kira-kira, itulah pesan yang diharapkan bisa dipetik dari tulisan kali ini. Pesan dari Melkis Oematan, Pengawas SMA di Kabupaten Kupang yang sudah panen belasan juta rupiah dari kebun kecilnya karena melengkapi keuletan kerja ototnya dengan pengetahuan mengenai cara mengurus tanaman. Semoga diterima.

Komentar

News Feed