google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
oleh

Katekese Spiritualitas Masa Adven | Renungan Katolik

Katekese Spiritualitas Masa Adven

Oleh: Albertus Muda, S.Ag (Katekis, Guru Penulis, Jurnalis).

Albertus Muda (penulis).

Menurut Bosco da Cunha dalam bukunya ‘Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Tahun, Jakarta: Obor, 2011: 92-93), masa Adven mengajak umat Katolik untuk menghayati beberapa sikap dasar demi pengungkapan semangat injili di dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
1). Sikap siap siaga menanti dengan gembira
2). Optimisme dalam pengharapan
3). Sikap bertobat dan berpaling kepada Allah

PERTAMA, sikap menanti dengan gembira dan penuh harapan merupakan sikap Gereja dan segenap umat beriman sebab Allah yang mewahyukan diri (memberi diri, mendatangi manusia) kepada kita adalah Allah yang berjanji bahwa Kristus adalah kepenuhan janji Allah; Kristus adalah Kabar Gembira; dalam Kristus dan melalui Kristus Allah menyatakan kesetiaan-Nya dan kepastian-Nya kepada umat manusia.

KEDUA, selama masa Adven Gereja tidak seperti orang Yahudi yang masih menantikan Mesias terjanji. Gereja bahkan menghidupkan penantian israelis dalam tingkat kenyataan yang sudah ada dan bukti kenyataan itu ialah Yesus Kristus. Gereja menghayati penantian ini dalam sikap berjaga-jaga penuh kegembiraan; oleh karena itu, Gereja berdoa ‘Maranatha’ artinya datanglah ya Tuhan Yesus.

KETIGA, Allah yang masuk dalam sejarah hidup manusia itu menghayati kehidupan sebagai manusia. Jadi, MANUSIA menjadi fokus. Kedatangan Allah dalam diri pribadi Putera meminta ‘SIKAP TOBAT YANG TERUS-MENERUS. Berita Injil dalam pribadi Kristus menuntut kesediaan yang pasti untuk “….bangun dari tidur” (bdk. Rm 13:11-14). Terutama lewat seruan tobat Yohanes pembaptis, Gereja mengajak kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan menjemput Tuhan yang datang.

Baca Juga  Pegawai Dinas Koperasi Kabupaten Kupang Kerja Keras Daftar UMKM Terima BLT Tahap II

KEEMPAT, akhirnya Adven mendidik kita untuk menghayati sikap “para miskin Yahweh” yang lembut hati, rendah hati, selalu sedia demi kebaikan, yang dijuluki Yesus: kaum yang berbahagia (bdk. Mat 5:3-12).

Masa Reflektif Gembira Bukan Hura-hura

Masa Adven merupakan saat untuk berefleksi, sudah sejauh mana hidup kita sebagai orang Katolik dijalankan? Waktu persiapan empat minggu bukan hanya sekedar memenuhi putaran waktu dalam satu tahun masehi melainkan masa empat pekan menjadi saat pertobatan, berbalik dari segala tindakan yang melawan Allah dan menghalangi persiapan umat beriman menyambut Juru Selamat, Yesus Kristus.

Menurut hemat saya, hati semua umat beriman Katolik mesti berkobar-kobar namun bukan dalam hal-hal manusiawi belaka melainkan berkobar-kobar dalam konteks transformasi spiritual menuju kehidupan rohani yang semakin matang dan menetap. Mesti ada revolusi spiritual bukan sebaliknya berleha-leha dalam zona nyaman sehingga hidup menjadi datar-datar saja, serasa sama saja dari waktu ke waktu padahal Tuhan senantiasa membuat hidup kita semakin hari semakin bergerak menuju kebahagiaan, keselamatan.

Oleh karena masa Adven merupakan masa persiapan, pembaruan, pertobatan dan amal kasih maka sikap dan tindakan kita pun mesti bernuansa persiapan, pertobatan, pembaruan hidup dan menyentuh realitas hidup sosial kemasyarakatan.

Baca Juga  Demonstrasi Jumat Agung

Sebagai masa persiapan maka masa Adven tidak bisa disamakan dengan masa biasa atau masa Natal. Empat pekan mesti digunakan maksimal untuk bertobat dalam seluruh dimensi kehidupan agar kita sungguh mengalami diri siap penuh menyambut Tuhan yang lahir di hari Natal.

Oleh karena itu, dibutuhkan keheningan, ketenangan. Musik-musik yang dibuka di rumah pun sebaiknya dibuka dengan bunyi paling standar untuk dengar sendiri tanpa mengganggu tetangga atau sesama lain di sekitar kita. Pemutaran lagu-lagu Natal pun tidak diperkenankan selama masa Adven. Jika yang terjadi justru umat ramai-ramai membuka lagu-lagu Natal selama masa adven maka penghayatan akan masa-masa Liturgi Gereja Katolik menjadi kabur bahkan hilangnya kekhasan masing-masing masa liturgi beserta dengan maknanya.

Masa Natal baru dimulai pada malam Natal sampai dengan Pesta Pembaptisan Tuhan. Itu berarti masa Natal menjadi begitu singkat maka perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh agar memberi makna baru setiap tahunnya. Mulai malam Natal inilah, lagu-lagu Natal baru mulai digaungkan, dibuka di rumah-rumah sebagai bentuk sukacita atas berlalunya masa penantian dan peristiwa lahirnya Penebus Dunia.

Allah yang Solider

Gereja yang apostolik, melanjutkan ajaran dan kesaksian iman para rasul menjadi begitu terlibat menampakkan wajah Allah yang solider. Wajah Allah yang solider nampak melalui kegembalaan hierarki melalui pewartaan internal melalui pelayanan sakramen. Salah satu sakramen yang wajib diterima oleh semua umat Katolik tanpa kecuali adalah “SAKRAMEN TOBAT/PENGAMPUNAN DOSA”.

Baca Juga  Lilin yang tak Redup | Puisi Kristofel D. Taek

Mengapa semua umat Katolik mesti menerima sakramen tobat? Sebab, selain SPOS ( Sakramen Pengurapan Orang Sakit), bersama sakramen Tobat merupakan kelompok sakramen penyembuhan. Sebagai sakramen penyembuhan maka setiap umat yang sakit secara mental, spiritual, sosial, jasmani dan rohani mesti dengan rendah hati datang kepada Allah memperoleh pengampunan, dibebaskan dari beban dosa melalui pemberian ABSOLUSI lewat berkat dari tangan terurap Imam.

Namun yang terjadi malah sebagian kita merasa dirinya sehat sepanjang tahun. Sebagian besar kita secara tahu dan mau tidak memerlukan pertobatan nyata. Padahal kita butuh transformasi diri baik mental maupun spiritual. Apabila seseorang tidak memerlukan pertobatan maka jelas dirinya tidak berdosa. Hanya Allah saja yang tidak berdosa. Maka jika ada di antara kita yang mengatakan bahwa pada dirinya tidak ada dosa maka dia adalah “allah” dalam huruf kecil. Orang yang demikian mendewakan dirinya. Menjadikan dirinya allah modern. Dengan demikian, mereka tidak lagi menyembah Allah tetapi menyembah dirinya sendiri.

Mari kita arahkan hati kita menyembah Allah dan dengan rendah hati mengakui kesalahan dan kelemahan kita di hadapan-Nya melalui hamba-Nya imam dalam SAKRAMEN TOBAT. Saat ini, kita tidak bisa melakukannya karena sedang masa covid-19. Akan tetapi pertobatan batin mesti selalu terbangun sebagai kekuatan dari dalam diri.

SALAM TRANFORMASI SPIRITUAL.

Komentar

News Feed