Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe dalam sambutannya saat menghadiri acara natal bersama warga Amfoang di Kota Kupang yang digelar Ikatan Keluarga Amfoang (IKA) pada Sabtu (07/01/2023) malam bertempat di Aula Koperasi Kredit Timau, Sikumana, Kota Kupang menyatakan, Amfoang sudah sangat layak menjadi Daerah Otonom Baru (DOB) saat ini.
Dalam acara natal bersama yang turut dihadiri Kepala Dinas Koperasi, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi NTT, Sylvia Pekudjawang yang mewakili Gubernur NTT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, Robert A. J. Amheka, Salah satu anggota DPRD Kabupaten Kupang asal dapil Amfoang, Lorens Buknoni, para pengurus IKA, beberapa pengurus Solidaritas Pemuda Amfoang (SUFa), dan sejumlah personil panitia pemekaran DOB Amfoang itu, Manafe menyatakan, wilayah Amfoang saat ini memiliki semua potensi yang memungkinkan untuk menjadi DOB.
Sebelum menyinggung soal usulan DOB Amfoang, di awal sambutannya, dalam konteks perayaan natal bersama warga Amfoang di Kota Kupang sebagai refleksi penyertaan Tuhan melalui kelahiran Kristus, dengan kondisi akses dari dan ke Amfoang yang buruk saat ini, Manafe mengajak warga Amfoang agar hanya selalu berharap pada penyertaan Kristus sehingga tidak sepenuhnya bersandar pada kekuatan manusia
“Kita ke Amfoang hari ini berkali-kali melewati kali-kali. Tapi jalan kita memang melewati banyak kali (sungai). Jadi saya kira kita tidak bisa hanya berharap banyak kepada manusia, tapi kita juga harus berharap kepada Kristus.” kata Manafe.
Karena, menurut Manafe, penyertaan Kristus juga akan memberi jalan keluar bagi warga Amfoang sehingga aksesibilitas dari dan ke semua bagian wilayah Amfoang, dari ujung Amfoang hingga ujung Amfoang, begitu kata Manafe, bisa jadi lebih baik.
Manafe mengakui, dirinya percaya akan ada waktu ketika Tuhan memberikan jalan yang terbaik bagi warga Amfoang, sebab, tidak selamanya warga Amfoang harus terus susah.
“Pasti kita akan sampai pada titik untuk kita menikmati jalan itu.” yakin Manafe yang juga menyampaikan, dirinya ikut prihatin ketika beberapa hari sebelumnya mendengar informasi bahwa akses ke Amfoang Timur melalui Eban (TTU) sempat terputus, sehingga dirinya saat itu langsung menghubungi salah satu temannya yang mengatur lintas laut, agar armada Garda Nusantara bisa dioperasikan ke Amfoang begitu cuaca sudah memungkinkan untuk membantu masyarakat Amfoang yang terisolir.
Walau kondisi aksesibilitas dan mobilitas dari dan ke Amfoang relatif buruk, Manafe dalam sambutannya mengakui, Amfoang memiliki potensi alam yang luar biasa.
Amfoang, kata Manafe, memiliki laut yang istimewa dengan gunung dan hutan yang mendukung, serta 2 bagian wilayah dengan suhu udara relatif berbeda yakni wilayah pesisir yang panas dan wilayah di bagian gunung yang cukup sejuk.
Manafe, yang mengaitkan kondisi udara Amfoang yang cukup sejuk dengan keberadaan hutan di wilayah Amfoang bagian gunung yang menurutnya relatif lebih lebat dibanding hutan yang ada di beberapa wilayah lain di Kabupaten Kupang menilai, meski Amfoang memiliki potensi alam yang begitu mendukung, masih ada banyak hal yang dibutuhkan oleh warga Amfoang, diantaranya kebutuhan agar Amfoang menjadi DOB, sehingga mesti diperjuangkan oleh orang Amfoang, termasuk diantaranya melalui IKA.
“Saya sangat setuju, sejak tahun 2013, ada pak Veki Banfatin, ini salah satu orang yang juga memperjuangkan supaya Amfoang bisa jadi DOB. Dan saya kira Amfoang sudah layak, Amfoang sangat layak (jadi DOB).” nilai Manafe.
Manafe juga menilai, kesiapan Amfoang menjadi DOB saat ini malah relatif lebih baik dibanding Rote Ndao dan Sabu Raijua saat kedua daerah tersebut dimekarkan dari Kabupaten Kupang sebagai DOB.
“Orang Amfoang juga punya kemampuan. Sumber daya manusia dan alam sudah mendukung. Kecamatan di Amfoang sudah ada 6. Infrastruktur juga sudah mendukung. Sebentar lagi di tahun 2023 ini, kalau tidak salah, akan ada rumah sakit di Amfoang Utara yaitu di Naikliu. Tetapi ini ada salah di mana? Ini yang kita harus cari bersama-sama.” kata Manafe.
Nakaf, Nekaf, dan Nimaf Harus Satu
Berkaitan dengan perjuangan untuk menjadikan Amfoang sebagai DOB, Jerry Manafe menyampaikan, jika ingin berhasil dengan baik, seluruh elemen masyarakat Amfoang mesti bersatu.
“Hari ini kita harus bersatu. Saya lihat, kadang-kadang, jujur, diantara kita belum satu hati. Orang bilang Nakaf, Nekaf, Nimaf harus satu. Kalau nakaf (Kepala) kita berbuat lain, nekaf (hati) kita lain, nimaf (tangan) kita lain, kita tidak akan bisa bersatu.” kata Manafe.
Manafe juga mengharapkan agar semangat nekaf mese, ansaof mese, tafena hit kuan (satu pikiran, satu hati, dalam membangun kampung) juga mesti dimiliki oleh warga Amfoang sehingga ikut memiliki perhatian terhadap berbagai kegiatan pembangunan di desa karena kemajuan Amfoang secara umum juga dipengaruhi oleh kemajuan pembangunan dari desa.
“Kalau kita tidak punya satu hati untuk membangun desa, tidak mungkin kita maju. Pemimpin pun kalau tidak punya hati untuk memulai dari desa, saya kira sulit. Bapak Presiden Jokowi pun saya kira berpikir untuk mulai membangun dari desa makanya ada dana desa.” ujar Manafe.
Manafe lantas mengajak warga Amfoang agar ikut memiliki perhatian terhadap penggunaan anggaran desa karena, menurutnya, sesuai kewenangan pengawasan yang dimilikinya, masih banyak pemerintah desa di Amfoang yang belum optimal menggunakan anggaran desa untuk kepentingan masyarakat.
Manafe menyampaikan, dirinya berterima kasih kepada SUFa (Solidaritas Pemuda Amfoang) yang selama ini terus mendorong pemerintah untuk serius memperhatikan persoalan pembangunan di Amfoang, tetapi memang masih ada sejumlah kelemahan dan kekurangan sehingga dirinya mengajak semua elemen masyarakat Amfoang untuk berkolaborasi bersama Pemerintah Kabupaten Kupang dalam berbagai kegiatan pembangunan, termasuk dalam perjuangan menjadikan Amfoang sebagai DOB.
“Kita perlu berkolaborasi. Tidak bisa Pemerintah jalan sendiri. Itu tidak mungkin. Tidak bisa DPRD jalan sendiri. Tidak bisa DPRD dan Pemerintah bermitra untuk jalan sendiri. Tanpa dukungan dari masyarakat, tanpa dukungan dari stakeholder, tanpa dukungan dari tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, tidak mungkin kita bisa berjalan. Kita mempunyai banyak kekurangan, tetapi kalau kita semua berkolaborasi, saya yakin kita bisa menangkan hal-hal yang sulit, sesulit apapun itu. Apalagi kalau cuma Amfoang (jadi DOB).” kata Manafe yang juga mengakui cukup optimis Amfoang bisa secepatnya menjadi DOB karena kerja-kerja panitia pemekaran saat ini didukung figur hebat seperti Silvester (Veki) Banfatin.
Hingga akhir sambutannya, Manafe beberapa kali menyampaikan harapannya agar seluruh elemen masyarakat Amfoang bisa bersatu untuk berpikir dan berjuang bersama dalam menjadikan Amfoang sebagai DOB.
“Kalau kita tidak bersatu, kita susah. Kalau kita mau bersatu dan memikirkan bersama-sama, pasti bisa. Saya berharap kita semua mulai hari ini, lewat dukungan bapak mama pendeta, kita semua, Tuhan gerakkan hati kita semua, Tuhan satukan hati kita semua, satukan pikiran kita, satukan perbuatan kita, supaya kita sama-sama berjuang, untuk DOB Amfoang harus segera jadi.” harap Manafe.
Pesan Natal Jerry Manafe Bagi Warga Amfoang
Dalam sambutannya selepas ibadat natal bersama warga Amfoang yang dipimpin Pdt. Ruben Tallo, S.Th., Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe meminta agar fokus perayaan natal mesti diarahkan pada refleksi kelahiran Kristus sehingga kita tidak mesti sibuk hanya pada pohon terang dan segala pernak-perniknya.

“Arti natal sebenarnya adalah, fokusnya pada kelahiran kristus. Jadi, apakah Tuhan Yesus lahir di diri kita? Tuhan Yesus lahir di hati kita? Tuhan Yesus lahir di rumah tangga kita? Tuhan Yesus lahir di pekerjaan kita? Tuhan Yesus lahir di dalam jabatan kita? ataukah kita hanya fokus melihat jabatan kita, rumah tangga kita, dan hidup kita agar seperti pohon terang yang ada lampu kerlap-kerlip?” tanya Manafe.
Bagi Manafe, merayakan natal itu bagus tetapi mesti dimaknai dengan baik sehingga tidak sekedar pakayan bagus yang dikenakan, dengan tutur kata yang bagus, tetapi tidak didukung dengan hati yang baik.
“Jika kita tidak bisa merenungkan maksud dari kedatangan Tuhan serta tidak mampu melakukan apa yang Tuhan kehendaki, maka sia-sialah perayaan natal kita.” ujar Manafe.
Manafe lantas memberi ilustrasi, tidak mungkin ada petani yang tidak pernah menabur dan juga tidak pernah menanam tetapi mau menuai, sebab itu hal yang sia-sia.
“Kita juga seringkali berpikir, bahwa kita harus menerima dulu baru kita berbuat. Tapi sebenarnya ajaran Kristus bukan seperti itu. Kita berbuat dulu. Apa yang kita tabur, itu yang akan kita tuai. Tidak ada yang tidak menabur hal baik lalu dia ingin menuai hal baik.” kata Manafe.
Mengutip Kitab Titus 2 ayat 7a yang berbunyi, dan jadikanlah dirimu suatu teladan dalam berbuat baik, Manafe mengharapkan agar natal dirayakan dengan cara menjadikan diri sendiri sebagai teladan bagi sesama dalam melakukan berbagai perbuatan baik sehingga perayaan natal tidak menjadi sia-sia.
Gelar Diskusi Bersama
Pantauan media ini, acara natal bersama warga Amfoang di Kota Kupang pada Sabtu (07/01/2023) lalu diakhiri diskusi bersama membahas sejumlah hal berkaitan dengan rencana penyusunan program dan kegiatan Ikatan Keluarga Amfoang (IKA) untuk masa bakti kepengurusan saat ini yang diketuai Gregorius Baitanu.
Beberapa informasi dan perkembangan terkait usulan pemekaran Amfoang menjadi DOB juga disampaikan oleh Okto Kameo, Melky Naetasi, dan Silvester Banfatin mewakili Panitia Pemekaran DOB Amfoang.
Kameo kepada peserta diskusi menjelaskan, dirinya dan teman-teman panitia terus aktif membangun komunikasi dan bertemu dengan sejumlah pihak terkait untuk memantau perkembangan usulan pemekaran serta mendapatkan informasi-informasi tertentu yang mungkin bisa disikapi secepatnya oleh panitia.
Sementara Banfatin kepada peserta diskusi memaparkan keberadaan puluhan indikator yang akan menjadi bagian dari kriteria penilaian kesiapan Amfoang menjadi calon DOB.
Banfatin menjelaskan, masing-masing indikator dalam penilaian kelayakan mesti memiliki nilai dengan bobot minimal tertentu sehingga diperlukan kerja-kerja yang keras dan terukur, serta kolaborasi dengan pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam upaya mendorong ketercapaian standar bobot nilai pada masing-masing indikator.
Hingga akhir diskusi, peserta bersepakat untuk kembali menggelar pertemuan lanjutan pada akhir Januari 2023 sehingga bisa membahas secara detail sejumlah hal berkaitan dengan program dan kegiatan IKA serta kerja-kerja panitia pemekaran DOB Amfoang.
Warga Amfoang Apresiasi Perhatian Wakil Bupati Kupang untuk Amfoang
Kepada media ini di sela-sela acara ramah tamah selepas ibadat natal bersama warga Amfoang, Bernat Taneo, Sekretaris Solidaritas Pemuda Amfoang (SUFa) menyampaikan, pihaknya sangat mengapresiasi Wakil Bupati (Wabup) Kupang, Jerry Manafe yang secara terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap usulan pemekaran Amfoang menjadi DOB.
Taneo menanggapi, pernyataan Wabup Manafe bukan pernyataan yang berorientasi politis dengan maksud politis tertentu kepada warga Amfoang, tetapi merupakaan pernyataan dukungan kepada warga Amfoang yang sudah berjuang melalui panitia pemekaran DOB Amfoang, karena Wabup Manafe memang memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap kondisi yang dialami oleh masyarakat Amfoang.
“Pak Wabup sangat peduli pada Amfoang makanya beliau dukung perjuangan masyarakat untuk memekarkan Amfoang jadi DOB. Yang kita tahu, selama ini pak Wabup sudah cukup membantu masyarakat Amfoang karena beliau cinta Amfoang. Yang SUFa lihat di lapangan, begitu akses ke Amfoang terputus, pak Wabup selalu komunikasi dengan pihak terkait agar armada laut bisa beroperasi. Masyarakat Amfoang minta listrik nyala 24 jam, pak Wabup bantu komunikasikan dan jadi. Beliau juga bantu komunikasikan kebutuhan listrik di Amfoang sehingga saat ini, semua desa di Amfoang sudah dialiri listrik. Saat ada masyarakat yang kontak untuk sampaikan masalah tertentu di Amfoang, pak Wabup pasti respon cepat, bahkan turun ke lapangan. Jadi pihak kami menilai bahwa pernyataan pak Wabup dalam mendukung usulan pemekaran Amfoang itu karena memang beliau sangat peduli pada kondisi masyarakat Amfoang.” kata Taneo.
Taneo mengharapkan agar dukungan Wabup Manafe terhadap usulan pemekaran Amfoang menjadi DOB mesti diresponi dengan kerja-kerja yang kolaboratif dalam semangat nekaf mese ansaof mese oleh seluruh elemen masyarakat Amfoang saat ini.
Senada dengan Taneo, Christian Kameo, mantan Sekretaris Umum Lembaga Pemangku Adat (LPA) Amfoang juga mengharapkan agar seluruh elemen masyarakat Amfoang bisa sehati dan bekerja sama sebab, keinginan menjadikan Amfoang sebagai DOB merupakan mimpi besar yang mesti diperjuangkan bersama meskipun membutuhkan proses yang panjang dan waktu yang lama akibat adanya kebijakan moratorium pemekaran daerah yang belum dicabut oleh Pemerintah Pusat, termasuk masih karut-marutnya pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) saat ini.
“Perjuangan kita akan dirasa sangat lama dan terkesan hanya berjalan di tempat jika masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Karena itu, sesuai harapan bapak wakil bupati, kalau mau Amfoang maju, maka kepala, hati, tangan dan kaki ini harus seirama. Artinya, mari sudah kita buang seluruh ego masing-masing demi Amfoang.” kata Kameo.
Bagi Kameo, selain untuk mendukung usulan pemekaran Amfoang menjadi DOB, kerja sama antar seluruh elemen masyarakat Amfoang melalui LPA, IKA, dan organ pemuda seperti SUFa sangat diperlukan saat ini sehingga bisa membatasi upaya penguasaan tanah di tempat tertentu di Amfoang oleh pihak tertentu yang akan membuat masyarakat Amfoang dirugikan.
“Kalau kita tidak segera bertindak, misalnya dengan adanya Observatorium Nasional (Obnas) sekarang ini, besok-besok, tanah-tanah yang ada di sekitaran Obnas bahkan sebagian besar Amfoang akan tergadaikan dengan iming-iming uang sekian milyar, padahal itu kita hanya terima sesaat dan kemudian habis. Lalu anak cucu kita nanti bagaimana?” kata Kameo.
Kameo menyampaikan, berkaitan dengan rencana investasi pihak tertentu di Amfoang, dirinya mengharapkan agar elemen masyarakat Amfoang melalui LPA, IKA, maupun SUFa bisa bergandengan tangan untuk membuka diri kepada investor tetapi dengan catatan yang tegas bahwa tanah yang ada tidak bisa dimiliki oleh pihak investor.
“Kita buka diri untuk semua investor boleh masuk Amfoang dengan catatan, kita buat pernyataan, bahwa yang bersangkutan hanya bisa pakai sekian tahun, setelah itu kita ambil kembali tanahnya. Tidak ada istilah jual putus.” saran Kameo.
Kameo juga memberi apresiasi kepada pengurus IKA yang telah menggelar acara natal bersama warga Amfoang yang, menurutnya, merupakan natal pertama IKA selama beberapa tahun terakhir ini.
Kameo berharap, IKA secara organisasi bisa menjadi lebih baik di waktu-waktu mendatang.
“Walaupun pembentukan kepengurusan IKA penuh dengan kontroversi, karena memang banyak orang jadi banyak pikiran, banyak pendapat, tapi bagi saya itu adalah dinamika yang biasa dalam berorganisasi, dan itu sebagai sebuah tantangan untuk ke depan IKA lebih mempersiapkan diri untuk lebih maju lagi.” kata Kameo.
Kameo juga mengharapkan agar IKA bisa berkolaborasi dengan LPA dalam rangka menjaga dan memelihara kelestarian adat budaya Amfoang sehingga ke depan, ketika IKA dan LPA bekerja sama, masyarakat Amfoang merasa seperti ada ‘induk’ yang masih memperhatikan anak-anaknya.
Kameo menyampaikan, berkaitan dengan kepentingan adat dan budaya, selama ini terkesan bahwa orang Amfoang berjalan sendiri tanpa induk karena yang dianggap dan diakui sebagai pemangku kepentingan tertinggi adat ternyata tinggal di Kupang dan tidak pernah memiliki rumah di negerinya sendiri sehingga, dirinya ingin agar IKA dan para pemuda yang tergabung dalam SUFA terus mendorong figur yang dituakan sebagai pemangku adat agar peduli dan lebih konsen terhadap keberadaan Amfoang ke depan.
Menurut Kameo, jika LPA tidak bergerak dan terus diam, penguasaan tanah oleh pihak tertentu yang sebenarnya tidak berhak secara adat akan terjadi dan berpotensi memunculkan konflik besar di masa mendatang.
“Nah kita minta LPA harus bersikap. Bersama IKA, bersama SUFa. Intinya seluruh elemen orang Amfoang harus bersatu padu dalam rangka memajukan Amfoang.” ujar Kameo.
*(Simon Seffi)
Komentar