Jika hujan lebat dan sungai-sungai meluap, jalan alternatif Kupang-Naikliu atau sebaliknya adalah melalui poros tengah.
Melalui poros tengah sungai yang dilalui hanya haufeton walau harus diseberangi 2 kali. Ada jalan setapak bagi sepeda motor lewat samping pagar kebun masyarakat, tetapi harus bertarung melawan lumpur yang licin.
Jalur poros tengah sebenarnya jalan alternatif terbaik, namun curah hujan yang cukup lebat telah menggerus dan merusakan banyak jalan pengerasan. Badan jalan yang dialiri limpahan air hujan menjadi berantakan.
Ada segmen tertentu yang harus susah payah dilewati kendaraan beroda 2 karna lumpur tanah liat yang licin dan lengket di sekitar jejeran pohon kasuari dan area observatorium nasional (obnas).
Yang paling rawan adalah tanjakan Faifitu. Tikungan dan tonjolan batu di jalan sangat riskan bagi pengendara. Ada pengendara yang terjatuh karna selip dan darahnya berceceran hingga mengering di celah bebatuan.
Jika bergerak dari Naikliu ke Kupang dan kedinginan, pengguna jalan dapat menghangatkan dada dengan mie hangat di Kios Ama Mira. Bahkan tahun ini telah ada warung kecil di kaki Timau yang menyediakan hidangan bakso dan mie hangat. Warung kecil itu bernama Kabash, milik suatu keluarga di daerah Bioba itu. Menu yang disediakan sering tak cukup memenuhi kebutuhan para pelintas jalan poros tengah.
Jika ingin mengisi BBM, biasanya tersedia di beberapa pengecer di pertigaan Lelogama dan Fatumonas. Bahkan kini sudah ada SPBU mini di samping Kantor Polsek Amfoang Selatan. Di tengah malam pun SPBU mini itu siap melayani konsumen yang membutuhkan.
Kita doakan semoga di tahun-tahun mendatang jalur jalan poros tengah sudah dilumuri aspal seluruhnya. Dengan demikian akses keluar masuk ke Afatar tidak terputus sekalipun hujan dan badai datang menerpa.
Tuhan memberkati Amfoang.
Komentar