google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
google.com, pub-1400615731964576, DIRECT, f08c47fec0942fa0
oleh

32 Guru di Kabupaten Kupang Lulus Jadi Guru Penggerak

Sejumlah 32 guru yang berasal dari Kabupaten Kupang, NTT telah selesai mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 4. Mereka telah dinyatakan lulus dan sah menjadi Guru Penggerak (GP) dalam acara pengumuman kelulusan dan penutupan program PGP angkatan 4 yang dilaksanakan secara daring oleh pihak Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Rabu (28/12/2022) minggu lalu.

PGP adalah program yang merupakan rangkaian dari sejumlah kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kemendikbudristek dibawah kepemimpinan Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim. PGP adalah kebijakan Merdeka Belajar episode 5 yang menyasar upaya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru melalui pelatihan dan pendampingan yang berfokus pada penguatan kepemimpinan pembelajaran agar guru dapat menggerakkan komunitas belajar termasuk menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan merdeka belajar bagi peserta didik ketika berada di lingkungan sekolah.

32 GP dari Kabupaten Kupang ini mulai menjalani PGP sejak pertengahan Oktober 2021. Sebelum sah jadi GP, mereka masih berstatus Calon Guru Penggerak (CGP). Dengan pendekatan adragogi dan blended learning menggunakan LMS (Learning management System), 32 CGP ini mengikuti kegiatan dalam bentuk on the job training yang memungkinkan mereka tetap bertugas mengajar dan menggerakkan komunitas di sekolah, serta pembelajaran  bersama rekan sejawat, sejumlah narasumber, fasilitator, dan Pengajar Praktik (PP) sebagai pendamping.

Dalam pembelajaran berbasis LMS, 32 CGP yang terbagi dalam 2 kelompak dengan fasilitator masing-masing kelompok atas nama Muhamad Jaelani dan Lalu Sulhimunir ini sering berdiskusi secara daring untuk mengelaborasi pemahaman sesuai modul yang materinya terstruktur. Sejumlah narasumber juga ikut memberi materi dalam beberapa pertemuan daring.

Secara luring, 32 CGP ini didampingi 7 PP selama pelaksanaan PGP. Masing-masing PP mendampingi 4 hingga 5 CGP. Selain sering ke sekolah masing-masing CGP untuk melakukan pendampingan, ketujuh PP juga menyelenggarakan sebanyak 10 kegiatan lokakarya bagi para CGP, yang pelaksanaan awalnya difasilitasi P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) sebelum kemudian difasilitasi sepenuhnya oleh pihak BGP (Balai Guru Penggerak) NTT.

Pelaksanaan PGP angkatan 4 berlangsung lebih dari setahun karena sempat terhenti selama sekira 4 bulan ketika ada proses pengalihan pengelolaan program PGP dari pihak P4TK kepada pihak BGP akibat adanya perubahan struktur organisasi di lingkungan Kemdikbudristek pada tengah tahun 2022.

Walau prosesnya cukup panjang dan melelahkan, akhirnya saat ini sudah ada 32 GP di Kabupaten Kupang. Meskipun mengikuti program PGP angkatan 4, para guru ini adalah GP angkatan pertama di Kabupaten Kupang karena pada pelaksanaan PGP angkatan sebelumnya, tidak ada kuota peserta untuk Kabupaten Kupang.

Berikut adalah nama-nama para GP angkatan 4 Kabupaten Kupang: Aurelius Usa Naing, Mery Constantiana Lola, Medi Yourge Expresso Doko, Yakobus Tipo, Putu Sastrawan, Mathilde Angu Ila, Maria Dolorosa Wani Benidau, Damaskus Runesi, Pani Siti Haniah, Sindi Apriani Sae, Risyono, Yane Emilia Suni, Elsye Debora, Nikson Bia, Benediktus Gewule, Erasmus Melkisedek Hoinbala, Yandry Fitria Taebenu, Ahmad Budi Arianto, I Nyoman Suardiasa, Elsa Nofarita Haumeni, Merlina Situmeang, I Putu Alex Sudiartana, Rosmeri Boru Tarigan, Felipina Agustina Kale, Dominggus Lote, Dekorius Tfukani, Muhamad Kasim, Yosep Jeramu, Rina Adonia Tamelab, Yusrit Nenosono, Susana Helmina Balabi, Simon Seffi.

7 PP yang aktif mendampingi 32 CGP dari Kabupaten Kupang hingga lulus menjadi GP adalah: Yana Fansita Taopan, Regina Angelina Due, Novi Adriana Riwu, Yared Bolla, Dian Novita Maria Banunu, Meky Da Cunha, dan Virdis Arif Gunawan.

PP Virdis Arif Gunawan bersama CGP dampingannya. Dari kiri ke kanan: Yosep Jeramu, Virdis Arif Gunawan, Yusrit Nenosono, Rina Adonia Tamelab, Susana Helmina Balabi, dan Simon Seffi.

Pelaksanaan PGP Angkatan 4 Sangat Istimewa

32 GP asal Kabupaten Kupang merupakan bagian dari 7948 GP asal 146 kabupaten/kota di 31 provinsi yang penetapan kelulusannya diumumkan oleh Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Dr. Praptono, M.Ed.

Melansir kemdikbud.go.id, program PGP angkatan 4 awalnya diikuti 8.053 peserta tetapi sebanyak 11 orang tidak melakukan registrasi, sehingga yang mengikuti PGP sejumlah 8.042 orang. Dalam perjalanan, terdapat 89 orang yang mengundurkan diri, sehingga peserta yang ikut hingga akhir program berjumlah 7.953 orang. Akhirnya, sesuai hasil penilaian yang diberikan oleh fasilitator dan pendamping, 7.948 peserta telah dinyatakan lulus dan sah menjadi GP.

Jumlah peserta program PGP angkatan 4 terbilang sangat banyak dibanding jumlah peserta pada beberapa angkatan sebelumnya sehingga Praptono dalam sambutannya menyampaikan, program PGP Angkatan 4 sangat istimewa. Pada angkatan 1 hingga 3, kata Praptono, rata-rata jumlah peserta pada tiap angkatan hanya sekira 2.800 guru.

PP Yana Fansita Taopan bersama CGP dampingannya. Dari kiri ke kanan: Mathilde Angu Ila, Maria Dolorosa Wani Benidau, Pani Siti Haniah, Damaskus Runesi.

Program PGP angkatan 4 juga istimewa karena waktu pelaksanaannya yang lebih lama dibanding pelaksanaan PGP pada beberapa angkatan sebelumnya. Dalam pelaksanaanya, PGP angkatan 4 harus berlangsung lebih dari setahun karena sempat terhenti selama sekira 4 bulan ketika ada proses pengalihan pengelolaan program PGP dari pihak P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) kepada pihak BBGP (Balai Besar Guru Penggerak) akibat adanya perubahan struktur organisasi di lingkungan Kemdikbudristek pada tengah tahun 2022.

Baca Juga  Menata Sektor Pendidikan Dan Wisata Di TTS

Praptono juga menjelaskan, peserta program PGP yang lulus akan mendapatkan sertifikat sebagai GP sehingga sesuai dengan Permendikbudristek Nomor 26 Tahun 2022 tentang Pendidikan Guru Penggerak, sertifikat tersebut merupakan bagian dari standar administratif sebagai syarat bagi GP untuk diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah.

“Mengacu pada Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021, kita sudah mendorong dan memberikan regulasi pada gubernur, bupati, dan walikota, agar persyaratan administratif pengangkatan kepala sekolah sudah memiliki sertifikat Guru Penggerak.” jelas Praptono.

Ikut PGP, Melelahkan…!

Proses pelaksanaan PGP angkatan 4 dirasa sangat melelahkan bagi sejumlah CGP di Kabupaten Kupang. Sibuk dengan rutinitas di sekolah yang padat, juga harus aktif mengakses modul untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas. Di sekolah, diluar rutinitas pembelajaran sesuai yang sudah dijalankan sebelumnya, sejumlah praktik baik yang berdampak pada murid mesti dipastikan untuk dilaksanakan secara konsisten.

PP Yared Bolla bersama CGP dampingannya. Dari kiri ke kanan: Benediktus Gewule, Yared Bolla, Yandry Fitria Taebenu, Ahmad Budi Arianto, dan Erasmus Melkisedek Hoinbala.

Beberapa CGP tinggal di daerah yang kualitas signal internetnya sangat buruk sehingga harus selalu bergeser ke titik tertentu agar mendapatkan jaringan yang baik untuk mengakses LMS saat hendak mempelajari materi pada modul, mengunggah tugas, maupun berdiskusi secara asinkronus (tidak secara langsung) atau diskusi sinkronus (langsung dan bersamaan) melalui video conference (Vicon).

Ada 2 CGP yang banyak kali harus bergeser sejauh belasan kilometer dari Manubelon di kecamatan Amfoang Barat Daya ke Tuakau di Kecamatan Fatuleu Barat untuk mengikuti vicon. Ada juga yang harus sering bergeser dari Poto di Kecamatan Fatuleu Barat ke Pariti di Kecamatan Sulamu untuk hal yang sama. Jaraknya sekira 10 kilometer. Sebagian yang lain hanya bergeser antara 1 hingga 5 kilometer untuk mencari signal internet yang kualitasnya baik.

PP Dian Novita Maria Banunu bersama CGP dampingannya. Dari kiri ke kanan: I Putu Alex Sudiartana, Elsa Nofarita Haumeni, Dian Novita Maria Banunu, Merlina Situmeang, dan I Nyoman Suardiasa.

Karena selalu ke ‘tempat jaringan’ pada sore hari selepas waktu sekolah, mereka sering kemalaman saat tiba kembali di rumah. Ada yang sering kehujanan, beberapa sering sakit. Daya tahan tubuh memang jadi menurun juga karena kurangnya waktu istirahat.

Ikut proses PGP memang membuat sibuk dan repot. Dan melelahkan. Juga mengharuskan adanya pengorbanan. Baik materi, waktu, dan juga tenaga. Waktu berkualitas bersama keluarga juga relatif terganggu.

PP Novi Adriana Riwu bersama CGP dampingannya. Dari kiri ke kanan: Risyono, Elsye Debora, Sindi Apriana Sae, Novi Adriana Riwu, Yane Emilia Suni, dan Nikson Bia.

Salah satu CGP mulai mengikuti proses PGP saat hamil tua hingga melahirkan. Pembukaan PGP diikutinya dari rumah sakit paska lahiran secara caesar. Semangatnya luar biasa. Dalam padatnya rutinitas mengajar dan mengasuh sang baby, berbagai tuntutan tugas di LMS diselesaikannya dengan baik. Pada beberapa kegiatan lokakarya, meski terlihat kepayahan karena harus sering berdiri untuk menggendong dan menenangkan sang baby, dirinya selalu bersemangat dan aktif mengikuti kegiatan hingga selesai.

Pada pertemuan lokakarya terakhir, salah satu CGP mengalami kecelakaan motor yang hebat. Selepas mengikuti lokakarya, sepeda motor yang dikendarainya kehilangan kontrol ketika dirinya harus berburu dengan waktu untuk mengikuti kegiatan OSIS di sekolahnya. CGP tersebut memang selalu aktif dan tidak ingin kehilangan momen dalam tiap kegiatan bersama peserta didik binaannya. Saat ini, CGP yang juga telah lulus menjadi GP itu sementara dalam proses penyembuhan.

PP Regina Angelina Due dan CGP dampingannya. Yang berdiri dari kiri ke kanan: Aurelius Usa Naing, Medi Yourge Expresso Doko, Putu Sastrawan, Yakobus Tipo. Yang duduk dari kiri ke kanan: Mery Constantiana Lola, Regina Angelina Due.

Melelahkan memang. Juga merepotkan. Ada begitu banyak pengorbanan dalam mengikuti proses PGP. Uang, dan tenaga, dan waktu.  Fisik dan mental bertarung juga mesti ada. Jadi emosian saat jaringan internet sangat buruk (lola = loading lambat) ketika harus menuntaskan tagihan tugas dari fasilitator, atau karena sering terhempas keluar dari ruang diskusi daring, juga jadi makanan sehari-hari banyak CGP dari Kabupaten Kupang.

Meski begitu, proses yang demikian ternyata ikut membentuk mental kepemimpinan CGP. Tidak kebetulan, salah satu sub materi yang dipelajari adalah bagaimana mengelola emosi dalam diri sehingga berbagai tekanan dan emosi negatif bisa dikelola secara baik. Kemampuan mengelola diri bisa jadi relatif lebih baik. Kepemimpinan memang selalu harus dimulai dari kemampuan memimpin dan mengelola diri sendiri.

PP Meky Da Cunha bersama CGP dampingannya. Dari kiri ke kanan: Muhamad Kasim, Felipina Agustina Kale, Meky Da Cunha, Rosmeri Boru Tarigan, Dekorius Tfukani, dan Dominggus Lote.

7 PP Aktif Dampingi 32 CGP Angkatan 4 Kabupaten Kupang Hingga Jadi GP

Kemampuan 32 CGP dari Kabupaten Kupang untuk melewati proses PGP yang melelahkan juga karena adanya dukungan dan pendampingan dari para Pengajar Praktik (PP). Ada 7 PP yang aktif mendampingi CGP dari Kabupaten Kupang. mereka adalah: Yana Fansita Taopan, Regina Angelina Due, Novi Adriana Riwu, Yared Bolla, Dian Novita Maria Banunu, Meky Da Cunha, dan Virdis Arif Gunawan.

Selain sering ke sekolah untuk melakukan pendampingan individu pada masing-masing CGP, motivasi dan apresiasi selalu disampaikan melalui komunikasi personal maupun diskusi-diskusi kelompok dalam grup whatsApp. Keberhasilan 32 CGP untuk menyelesaikan proses PGP tidak lepas dari dukungan 7 PP tersebut.

Baca Juga  Ratusan Pendukung Martinus Missa Duduki Sekretariat Panitia Pilkades Desa Sahan

Kepada media ini beberapa waktu lalu, beberapa dari mereka sempat berkisah secara singkat mengenai sejumlah hal yang menarik dan berkesan bagi mereka selama mendampingi CGP menyelesaikan proses PGP. Berikut kisah mereka:

PP Yana Fansita Taopan

Yana Fansita Taopan menjabat Kepala SD GMIT Manumuti saat ini. Belum sampai setahun. Meski begitu, dirinya sudah mulai sibuk dengan berbagai rutinitas dalam pelaksanaan sejumlah hal positif yang secara konsisten mulai diterapkan di sekolah. Walau sibuk dengan berbagai rutinitas di sekolah, Yana juga aktif mendampingi 4 CGP yang tersebar di Kecamatan Kupang Timur dan Amarasi Selatan.

Kepada media ini Yana mengakui, dukungan dan motivasi dari dirinya dan sejumlah rekan PP juga akan membuat para CGP terus termotivasi untuk selalu bergerak dan menggerakkan dengan kreativitas dan inovasi yang dimunculkan melalui berbagai praktik baik yang, meski sederhana, tetapi berdampak besar bagi kemajuan belajar murid.

Menurut Yana, PP memang harus terus aktif mendampingi CGP karena tantangan terbesar seperti yang ditemuinya selama melakukan pendampingan adalah konsistensi CGP untuk terus bergerak mengimplementasikan konsep-konsep merdeka belajar di satuan pendidikan akibat belum optimalnya dukungan rekan sejawat dan pimpinan karena terkendala kurangnya dukungan sarana dan prasarana.

“Misalnya CGP yang sekolahnya masih menumpang, dan juga terkendala pada koneksi jaringan yang buruk menyebabkan adanya kesulitan dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis digital.” contoh Yana.

Meski ada banyak kendala yang dihadapi CGP, Yana mengaku sangat terkesan pada kuatnya motivasi dari CGP untuk terus melakukan perubahan melalui berbagai praktik baik di sekolah masing-masing. Yana sangat mengapresiasi semangat CGP yang tidak surut meski proses PGP yang diikuti sejak awal hingga akhir lekat dengan berbagai dinamika.

Yana melihat bahwa secara umum, kekuatan yang dimiliki para CGP selama pendampingan adalah motivasi intrinsik yang kuat untuk melakukan perubahan di satuan pendidikan dengan prinsip selalu berkolaborasi bersama warga sekolah tanpa terpengaruh pada kendala dan segala dinamika yang ada.

PP Virdis Arif Gunawan

Saat ini Virdis Arif Gunawan mengajar mata pelajaran Matematika di SMAN 1 Fatuleu Barat. Virdis mendampingi 5 CGP yang tersebar di wilayah Kecamatan Fatuleu Barat, Amfoang Barat Daya, dan Amfoang Barat Laut.

Kepada media ini Virdis menyampaikan, hal menarik yang ditemuinya selama menjadi PP adalah bisa bertemu dan berkolaborasi serta saling berbagi dan bertukar pengalaman dalam penerapan praktik baik dengan guru hebat di masing-masing sekolah.

Virdis menyampaikan, selain dirinya juga mendapatkan ilmu dari pengalaman dan penerapan praktik baik yang dilakukan oleh CGP dampingannya, juga ada umpan balik dan masukan yang didapatkannya dari para CGP maupun Kepala Sekolah CGP yang bisa dijadikannya sebagai pembelajaran.

Bagi Virdis, tantangan utama yang dihadapinya ketika melakukan pendampingan adalah kondisi medan dan akses jalan menuju sekolah CGP yang cukup ekstrim, apalagi di saat musim penghujan, karena ada 3 sungai lebar tanpa jembatan yang harus dilaluinya saat hendak ke Amfoang Barat Laut.

Virdis mengakui, Kekuatan terbesar yang dimikili oleh para CGP adalah komitmen untuk senantiasa melakukan praktik-praktik baik yang bisa diterapkan pada lingkungan sekolah, serta komitmen untuk terus mengembangkan diri sebab, baginya, tanpa adanya komitmen yang dimiliki, maka CGP tentu gagal untuk menjadi seorang guru penggerak.

Menanggapi kelulusan para CGP dampingannya sebagai GP, Virdis berharap agar GP selalu memiliki komitmen untuk melaksanakan dan menuntaskan rencana program pengembangan diri dan rencana program yang berdampak pada murid sehingga apa yang menjadi tujuan dari rencana program tersebut dapat terwujud. Virdis juga berharap agar GP tidak pernah berhenti untuk terus mengembangkan kompetensi diri serta konsisten dalam melakukan praktik-praktik baik di sekolah.

PP Dian Novita Maria Banunu

Dian Novita Maria Banunu mengajar di SMKN 1 Takari saat ini. Dian mendampingi 4 CGP yang tersebar di Kecamatan Amfoang Selatan, Amabi Oefeto, dan Fatuleu Tengah.

Dian mengaku selalu menikmati perjalanan yang dilakukannya saat menuju ke sekolah masing-masing CGP dan senang pada sambutan yang luar biasa ramah dari CGP dan rekan-rekan guru serta kepala sekolah di tempat pendampingan.

Dian bercerita, tantangan paling besar yang dihadapinya saat melakukan pendampingan adalah saat kondisi cuaca yang kadang-kadang tidak bersahabat serta jadwal mengajarnya yang kadang-kadang bertabrakan dengan waktu pendampingan.

Meski memiliki tantangan dalam pelaksanaan pendampingan, cerita Dian, dirinya tetap semangat karena melihat potensi CGP dalam berinovasi dan melakukan kolaborasi bersama rekan-rekan guru dalam membuat program-program yang berdampak pada murid.

Dian juga mengaku senang karena praktik baik yang dilakukan CGP dampingannya didukung penuh oleh kepala sekolah serta warga sekolah lainnya termasuk pengawas Pembina sekolah.

Lebih lanjut Dian juga mengharapkan agar para CGP dampingannya yang kini sudah menjadi GP tetap konsisten untuk terus bergerak dan menggerakkan dalam memajukan satuan pendidikan dimulai dari praktik baik di dalam kelas.

Baca Juga  Keluarga TKI yang Meninggal dalam Perjalanan Berterima Kasih pada Jerry Manafe

PP Yared Bolla

Yared Bolla mengajar di SD GMIT Nefo. Yared mendampingi 4 CGP yang tersebar di Kecamatan Nekamese dan wilayah Semau.

Kepada media ini Yared menyampaikan, hal menarik yang ditemuinya selama pendampingan adalah mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran dari berbagai hal baru yang ditemui. Yared juga belajar dari pengalaman para CGP dampingannya dalam menjalin kolaborasi dan kerja sama dengan para rekan guru untuk melaksanakan praktik baik di sekolah.

Yared mengakui, pengalaman berharga yang hanya didapatkannya dari proses PGP adalah bisa berbagi praktik baik antara dirinya dengan CGP yang didampingi.

Yared bercerita, tantangan terberat yang dihadapinya saat proses pendampingan adalah jarak dan waktu tempuh untuk sampai ke tempat CGP dampingannya berada. Meski begitu, cerita Yared, dirinya  selalu berusaha untuk menjangkau semua CGP untuk melakukan pendampingan.

Kurang optimalnya dukungan dari para guru di sekolah CGP tertentu juga menjadi tantangan bagi Yared sehingga dirinya berusaha sebisa mungkin dalam memotivasi para CGP agar terus melakukan praktik baik sehingga perubahan yang terjadi di sekolah diharapkan dapat mengubah mindset guru-guru tersebut.

Yared juga melihat bahwa CGP dampingannya memiliki kemauan kuat untuk belajar dan melakukan perubahan sehingga dirinya optimis para CGP akan terus bergerak dalam menghadirkan perubahan di sekolah masing-masing.

Karena itu Yared berharap kepada CGP dampingannya yang kini sudah sah menjadi GP agar konsisten menerapkan pengalaman, ilmu, dan pemahaman yang didapatkan selama proses PGP melalui berbagai praktik baik dalam usaha  menghadirkan perubahan-perubahan bagi kemajuan pendidikan di sekolah masing-masing.

Keuntungan menjadi GP

Meski relatif melelahkan dan membuat repot, ada begitu banyak keuntungan yang diperoleh saat menjadi seorang guru penggerak. Sebab, selama menjalani PGP, CGP akan dibimbing oleh instruktur, fasilitator, dan Pengajar Praktik yang kompeten.

Dalam proses PGP, kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid dapat dikembangkan. Guru yang telah memiliki kapasitas sebagai pemimpin pembelajaran relatif mampu mendorong tumbuh kembang murid secara menyeluruh dan dapat memengaruhi serta berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid serta menciptakan lingkungan sekolah yang ramah, aman, nyaman, dan sarat budaya positif.

Melansir sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id, melalui PGP, akan tercipta GP yang dapat: Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi secara mandiri; Memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik; Merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid dengan melibatkan orang tua; Berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid; serta Mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah.

Melalui PGP, Kemendikbudristek berharap bahwa GP dapat menjalankan 5 peran utama pendidikan yakni: Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya masing-masing; Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lainnya terkait pengembangan pembelajaran di sekolah; Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah; Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah; Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

Sementara itu, manfaat yang diperoleh seorang GP antara lain memiliki posisi relasi yang memungkinkan GP untuk bermitra dengan pengawas dan kepala sekolah untuk melaksanakan berbagai praktik dalam menjalankan peran sebagai GP. Bahkan dalam Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah, GP juga memiliki peluang yang besar untuk diangkat sebagai kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Terbaru, dalam Permendikbudristek nomor 54 tahun 2022 tentang tata cara memperoleh sertifikat pendidik bagi guru dalam jabatan, ada sejumlah kemudahan bagi guru yang sudah memiliki sertifikat sebagai GP dalam memperoleh sertifikat pendidik. Disebutkan dalam peraturan tersebut, GP tidak harus menempuh tahapan pembelajaran tertentu, termasuk tidak perlu mengikuti uji komprehensif dan tidak mengikuti praktik pengalaman lapangan sehingga GP hanya cukup melaporkan tugas yang telah dibuat dalam pendidikan guru penggerak dan langsung  mengikuti uji kompetensi berupa uji pengetahuan.

Keuntungan yang demikian memang pantas didapatkan oleh guru yang sudah lulus menjadi GP. Sebab, proses PGP yang melelahkan, dan membuat repot, dan mengharuskan adanya banyak pengorbanan memang sudah cukup efektiv membentuk guru agar memiliki sejumlah kompetensi sebagai seorang guru professional.

Ikut proses PGP memang harus sabar dan tegar. Tetapi untung dan manfaatnya juga besar.

(Simon Seffi, Penulis).

Komentar

News Feed